Probolinggo – Haul Ke-15 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Kota Probolinggo menjadi momen refleksi kebangsaan, menghidupkan kembali semangat perjuangan sang tokoh yang dikenal membawa misi humanisme dan pluralisme.
Acara ini digelar di halaman Museum Probolinggo, Jalan Suroyo, pada Selasa malam (31/12/2024), dengan tema “Menghidupkan Spirit Perjuangan Gus Dur; Teladan Semua Anak Bangsa”.
Meskipun diguyur hujan, kegiatan yang dirangkai dengan muhasabah dan doa akhir tahun ini tetap berlangsung khidmat, terutama saat pembacaan sholawat nabi. Haul ini dihadiri berbagai elemen masyarakat, mulai dari pengurus Nahdlatul Ulama (NU), Forkopimda Kota Probolinggo, hingga organisasi di bawah naungan NU.
Ketua PCNU Kota Probolinggo, Arba’i Hasan, menekankan pentingnya meneladani komitmen Gus Dur terhadap kebangsaan dan keberagaman.
“Gus Dur memiliki dedikasi tinggi terhadap persatuan bangsa di tengah perbedaan. Hal itu tercermin dari sikap NU di bawah kepemimpinannya, yang menjadi ormas keagamaan pertama yang mengakui Pancasila sebagai asas tunggal,” ujarnya.
Arba’i juga menyoroti jasa besar Gus Dur baik saat menjadi Ketua Umum PBNU maupun Presiden RI, termasuk gagasan dan kontribusinya untuk Indonesia.
“Semangat perjuangan Gus Dur ini harus terus kita hidupkan sebagai inspirasi bagi generasi penerus bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Walikota Probolinggo terpilih, Dokter Aminuddin, menyebut Gus Dur sebagai sosok dengan misi besar yang tak hanya relevan di level nasional, tetapi juga internasional.
“Gus Dur membawa misi humanisme dan pluralisme yang menginspirasi dunia. Spirit ini sangat penting untuk kita teruskan dalam kehidupan berbangsa,” katanya.
Haul ini juga menjadi momentum untuk berbagi, di mana PCNU Kota Probolinggo membagikan bantuan kepada anak yatim piatu. Aksi tersebut menjadi wujud konkret semangat sosial yang diajarkan Gus Dur selama hidupnya.
Melalui Haul Ke-15 ini, warga Nahdliyin dan masyarakat Probolinggo diingatkan untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dan pluralisme yang diwariskan Gus Dur. Sosoknya bukan sekadar pemimpin, tetapi simbol persatuan di tengah keberagaman.