Probolinggo – Insiden kesalahan penyebutan nama dan nomor urut pasangan calon (paslon) dalam debat publik Pilkada Probolinggo memicu reaksi keras dari Tim Pemenangan paslon nomor urut 1, Zulmi Noor Hasani dan Abdul Rasit. Mereka mengkritik ketidakprofesionalan penyelenggaraan acara, yang dianggap merugikan paslon dalam menyampaikan visi dan misi.
Didik Irfan, Wakil Ketua Tim Pemenangan Zulmi-Rasit, menyatakan kekecewaannya terhadap insiden ini. Menurutnya, kesalahan seperti itu tidak seharusnya terjadi, terutama ketika menyangkut hal penting seperti identitas kandidat dan nomor urut.
“Ini sangat merugikan kami. Kesalahan seperti ini bisa berdampak pada persepsi publik,” ujar Didik, Minggu (10/10/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia berharap agar tidak ada lagi insiden serupa dalam debat calon wakil bupati (cawabup) maupun debat final.
“KPU harus mengevaluasi agar kejadian ini tidak terulang di acara selanjutnya,” tambah Didik, yang juga menjabat sebagai Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Probolinggo.
Menanggapi hal ini, Ketua KPU Kabupaten Probolinggo, Aliwafa, meminta maaf atas kesalahan tersebut. Ia menegaskan bahwa kekeliruan itu sepenuhnya disebabkan oleh pihak stasiun televisi yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan acara.
“Kami sudah mengadakan rapat dan gladi resik beberapa kali dengan pihak televisi. Namun, kesalahan tetap terjadi,” jelasnya.
Aliwafa juga menekankan bahwa insiden ini merugikan seluruh paslon, bukan hanya paslon nomor 1 atau 2. “Evaluasi menyeluruh akan dilakukan agar debat berikutnya berlangsung lebih baik,” ujarnya.
Kekeliruan yang terjadi di Gedung Islamic Center Kraksaan ini bermula ketika pembawa acara, Badrus Bangkit, salah menyebut paslon nomor urut 1 sebagai dr. Mohammad Haris dan Fahmi Abdul Haq Zaini, yang sebenarnya adalah paslon nomor urut 2. Akibatnya, paslon nomor urut 1, Zulmi Noor Hasani – Abdul Rasit, disebut sebagai paslon nomor urut 2.
Kesalahan tersebut memicu ketegangan di lokasi debat, dengan pendukung kedua paslon langsung menyuarakan protes keras. Situasi di dalam gedung menjadi tegang, hingga debat dilanjutkan setelah adanya klarifikasi.