Probolinggo – Perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjadi ajang luar biasa yang menggambarkan kebersamaan lintas agama sekaligus momentum kebangkitan ekonomi umat.
Acara ini tidak hanya dihadiri oleh kader NU dan ulama se-Jawa Timur, tetapi juga tokoh lintas agama dari Protestan, Hindu, hingga Konghucu.
Kepala Ponpes Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid, menyebut kehadiran tokoh lintas agama ini sebagai langkah penting dalam memperkuat harmoni dan membangun jembatan kebersamaan.
“Kami berharap kebersamaan ini menjadi pijakan untuk melangkah lebih jauh, khususnya dalam mendukung gerakan Nahdlatul Tujjar (kebangkitan pedagang) yang menjadi salah satu cikal bakal berdirinya NU,” ujarnya.
Sebagai tuan rumah, Ponpes Nurul Jadid juga dipercaya menyelenggarakan rangkaian kegiatan penting, termasuk Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) PWNU Jatim dan Jatim Expo Pendidikan dan UMKM.
Expo ini berlangsung sejak 20 Januari 2025 di halaman Universitas Nurul Jadid (Unuja) Probolinggo, menampilkan perguruan tinggi NU, lembaga pendidikan menengah pesantren NU, serta pelaku UMKM di Jawa Timur.
KH. Abdul Hamid Wahid, yang juga Rektor Unuja dan Wakil Ketua PWNU Jatim, menjelaskan bahwa Jatim Expo bukan sekadar ajang jual beli. Expo ini menghadirkan konsep rantai ekonomi yang utuh, meliputi pelatihan bisnis (business coaching), pembentukan jaringan bisnis (business channeling), hingga seminar nasional.
Salah satu inovasi penting dalam Expo ini adalah pembentukan Asosiasi Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren, yang diharapkan menjadi penunjang Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).
“Kami sudah sampaikan kepada Rois dan Ketua PWNU Jatim, ini bukan pesaing LPTNU, tetapi penunjang yang akan berkolaborasi ke depan,” tegasnya.
Harlah ke-102 NU ini juga dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Wakil Ketua PBNU KH Zoelfa Musthofa, Wakil Rois PBNU KH Anwar Iskandar, Rois PWNU Jatim KH Anwar Mansyur, serta Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz.
Kehadiran Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa, yang juga Ketua Umum Muslimat NU, semakin memperkuat makna peringatan ini.
Tidak hanya menjadi ajang memperingati sejarah, Harlah NU ke-102 ini juga membawa semangat baru untuk menjawab tantangan zaman. Kehadiran tokoh lintas agama menjadi simbol kuat bahwa NU mampu menjaga harmoni di tengah keberagaman, sementara rangkaian kegiatan ekonomi mencerminkan komitmen NU untuk mendorong kebangkitan ekonomi umat.
Dengan tema besar “Pesantren Berdaya, Nusantara Jaya”, Ponpes Nurul Jadid membuktikan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga motor penggerak ekonomi dan pemersatu bangsa. Perayaan ini menjadi bukti nyata bahwa kebersamaan dan inovasi adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik.