Probolinggo – Sebagai upaya untuk mengakomodasi kebutuhan beragam jamaah haji, otoritas Arab Saudi telah memperkenalkan dua pilihan menginap di Muzdalifah. Yakni skema murur dan skema normal.
Dari Kabupaten Probolinggo, sejumlah 96 jamaah akan mengambil opsi murur, yang memungkinkan mereka yang menggunakan kursi roda atau memiliki kondisi kesehatan tertentu untuk melewati Muzdalifah tanpa harus turun dari bus.
Ketua Kloter 33, Ervin Syarif Arifin menyatakan, hal ini menjadi tantangan bagi pihaknya untuk mengawal semua jamaah agar bisa ikut mabit dan memastikan kesehatannya dan siap mengikuti puncak haji Armuzna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hanya lima jamaah yang akan menjalani skema murur, semuanya adalah pengguna kursi roda,” katanya dikutip, Jumat (14/6/2024).
Ketua Kloter 34, Moh. Sa’dun mengungkapkan, 43 jamaahnya termasuk yang berisiko tinggi dan akan mengikuti skema murur.
“Mereka akan diberangkatkan sesuai dengan jadwal tarwiyah mereka, antara 7 atau 8 Dzulhijjah,” kata Sa’dun.
Di Kloter 35, Muhtar Yunus melaporkan bahwa 48 jamaah, kebanyakan lanjut usia dan berisiko tinggi, akan menggunakan skema murur.
“Kami sudah melakukan pembinaan kepada jamaah haji untuk persiapan puncak haji,” ujar Yunus.
Skema murur dirancang untuk memudahkan jamaah dalam perjalanan mereka dari Arafah ke Mina, sementara skema normal memerlukan bermalam di Muzdalifah dengan shuttle bus.
PPIH Arab Saudi telah menjadwalkan keberangkatan jamaah haji pada 9 Dzulhijjah 1445 H atau 15 Juni 2024, pukul 19.00 waktu setempat.
Dengan dua skema mabit ini, diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi jamaah haji, khususnya bagi mereka yang memerlukan perhatian lebih.
Jamaah haji Indonesia akan menempati 1.169 tenda wukuf di Arafah, yang dibagi dalam 73 maktab.