Probolinggo, – Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, menjadi saksi peringatan haul dan harlah ke-76 yang berlangsung penuh khidmat. Acara ini juga menjadi momen istimewa karena pesantren tersebut ditunjuk sebagai tuan rumah peringatan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-102, yang dihadiri ribuan warga NU, santri, dan masyarakat dari berbagai penjuru.
Dalam sambutannya, KH. Moh. Zuhri Zaini, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, menyampaikan ucapan selamat datang dan apresiasi atas kehadiran para undangan di tengah kesibukan masing-masing.
“Ahlan wa sahlan bihudurikum, selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu yang telah menyempatkan waktu untuk hadir di acara ini,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kyai Zuhri mengangkat kembali kisah perjuangan pendiri pesantren, almarhum KH. Zaini Mun’im. Ia mengenang perjalanan hijrah KH. Zaini dari Pamekasan, Madura, menuju Jawa dalam kondisi penuh tantangan, yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Nurul Jadid.
“Perjalanan beliau bukan sekadar rencana biasa, tetapi sebuah takdir dari Allah. Beliau bersama para masyayikh Madura turut berperan dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, terinspirasi oleh resolusi jihad KH. Hasyim Asy’ari,” ujar Kyai Zuhri.
KH. Zaini Mun’im yang juga bagian dari Laskar Fisabilillah, hijrah ke Jawa demi menghindari tekanan penjajah sekaligus bergabung dengan para pejuang di Yogyakarta.
Dalam perjalanannya, beliau singgah di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, yang kala itu menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Berdirinya Pesantren Nurul Jadid, lanjut Kyai Zuhri, tidak terlepas dari dukungan para ulama, termasuk KH. Hasan Genggong. Pesantren ini dirancang untuk mencetak kader umat dan bangsa yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Kami ingin mencetak santri yang mampu menjadi apa saja, kyai, ustaz, atau bahkan profesional yang bermanfaat bagi bangsa. Itulah cita-cita besar almarhum KH. Zaini,” tegas Kyai Zuhri.
Pesantren Nurul Jadid sejak awal telah mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Mata pelajaran seperti biologi, matematika, dan geografi diberikan dengan pendekatan islami untuk membentuk santri yang cerdas secara intelektual dan spiritual.
Di akhir sambutannya, Kyai Zuhri menyampaikan pesan penting dari KH. Zaini Mun’im kepada para alumni. “Santri yang kembali ke masyarakat tidak perlu mengibarkan bendera Pesantren Nurul Jadid. Mereka sudah menjadi milik umat, dan tugas mereka adalah berkontribusi bagi masyarakat serta menjalin kerja sama dengan semua pihak,” tuturnya.