Probolinggo – Dunia seni budaya Kabupaten Probolinggo berduka. Soeparmo, maestro di balik kejayaan Tari Kiprah Glipang, meninggal dunia pada Jumat pagi (7/2/2025) dalam usia 84 tahun.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi komunitas seni dan budaya setempat.
Jenazah Soeparmo dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) dekat rumahnya di Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, usai salat Jumat.
Sosok yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seni ini menghembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan sakit yang dideritanya.
Sebagai pencipta dan pengembang Tari Glipang, Soeparmo membawa seni khas Probolinggo ke panggung nasional.
Tarian yang memadukan unsur rodhat dengan gerakan dinamis ini tak hanya menjadi ikon daerah, tetapi juga pernah tampil di Istana Negara.
Dedikasi Soeparmo terhadap seni budaya diakui oleh banyak pihak. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo, Dwijoko Nurjayadi, menegaskan bahwa Tari Glipang lahir dari kreativitas almarhum dan kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya daerah.
“Tari Glipang lahir dari ide beliau, yang kemudian menjadi ikon seni budaya Kabupaten Probolinggo,” ujarnya.
Tak hanya itu, Soeparmo juga menerima berbagai penghargaan, termasuk dari Gubernur Jawa Timur pada 2011, sebagai bentuk apresiasi atas jasanya dalam melestarikan seni tradisi.
Kepergian Soeparmo meninggalkan kesan mendalam bagi para seniman. Plt. Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Probolinggo, Edi Gemblung, mengusulkan agar nama Soeparmo diabadikan sebagai penghormatan atas kiprahnya yang luar biasa.
“Semangat beliau dalam dunia seni luar biasa. Akan sangat indah jika namanya diabadikan, misalnya untuk sebuah gedung kesenian di Kabupaten Probolinggo,” katanya.
Warisan seni Soeparmo tak akan pernah pudar. Tari Kiprah Glipang akan terus hidup, menginspirasi generasi penerus untuk tetap melestarikan kebudayaan daerah dan menjadikannya bagian dari kebanggaan nasional.