Probolinggo – Dalam menjalankan dakwah di tengah masyarakat, penguasaan ilmu agama saja tidak cukup. Kemampuan beradaptasi menjadi kunci utama bagi para dai agar dakwahnya berjalan efektif dan diterima oleh masyarakat.
Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, KH. Moh. Zuhri Zaini, dalam acara Wisuda Ma’had Aly ke XI di Aula I Pesantren, Minggu (23/02/2025).
Dalam tausiyahnya, Kiai Zuhri mengingatkan bahwa tantangan di lapangan bisa sangat beragam. Para dai tidak hanya dituntut memiliki pemahaman keislaman yang mendalam, tetapi juga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika sosial di lingkungan mereka.
“Kemampuan beradaptasi itu sangat penting agar tidak terjadi goncangan-goncangan ketika masuk ke masyarakat,” ujarnya.
Menurut beliau, kemampuan adaptif ini sejatinya telah mulai diasah sejak para mahasantri menempuh pendidikan di Ma’had Aly Nurul Jadid.
Salah satu program unggulan yang membantu mengembangkan keterampilan ini adalah program “Guru Tugas”, di mana mahasantri tingkat akhir diterjunkan langsung ke masyarakat untuk mengajar dan berdakwah.
“Modal dari pondok ini sudah dilatih, seperti program penugasan, sekalipun ada batas waktu setahun dua tahun. Oleh karena itu, saya kira ini sudah berjalan di jalan yang benar, hanya mungkin perlu disempurnakan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kiai Zuhri menekankan bahwa prosesi wisuda bukanlah akhir dari perjalanan pendidikan, melainkan awal dari tugas yang lebih besar di tengah masyarakat.
Ia menekankan pentingnya terus meningkatkan kompetensi, baik dalam ilmu agama maupun ilmu lainnya, agar para dai dapat lebih profesional dalam mengemban tugas dakwahnya.
“Wisuda ini bukan akhir, tetapi permulaan untuk masuk ke tingkatan-tingkatan selanjutnya. Jadi kita sesudah tafaqquh fiddin, juga liyundziru qoumahum, untuk indzar, yaitu melakukan dakwah di tengah masyarakat,” pungkasnya.