Probolinggo – Halal bihalal keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid menjadi momentum yang tak hanya penuh haru dan silaturahmi, tetapi juga menjadi panggung perenungan mendalam tentang nilai-nilai pengabdian, disiplin, dan keikhlasan.
Dalam tausiyahnya yang membekas di hati para hadirin, Pengasuh Pondok Pesantren, Kiai Zuhri, menyampaikan pesan yang menggugah: “Ikhlas itu bukan diam. Ikhlas itu kerja keras.”
Dengan gaya tutur khasnya yang tenang namun kuat, Kiai Zuhri mengajak para santri, guru, dan keluarga besar pesantren untuk menata ulang niat dalam setiap langkah pengabdian.
Beliau menekankan bahwa pengabdian yang tulus akan membawa ketenangan batin, kelapangan rezeki, dan pertolongan dari Allah.
“Bekerja dan mengabdi mungkin terlihat sama, tapi yang satu hanya menunaikan tugas, sementara yang lain adalah bentuk cinta dan keikhlasan,” ujar beliau.
Lebih dari itu, Kiai Zuhri juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam membangun budaya disiplin di lingkungan pesantren. Menurut beliau, kemajuan tidak bisa diraih hanya dengan kekompakan semu. Dibutuhkan kerja nyata yang terstruktur dan penuh kesungguhan.
“Kebersamaan itu bukan sekadar kumpul. Ia harus bergerak, bekerja, dan menghasilkan,” tegasnya.
Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa dunia pesantren, meskipun dibangun di atas fondasi spiritual, juga harus dikelola dengan prinsip manajemen yang baik. Disiplin, dalam pandangan beliau, bukan semata aturan kaku, tetapi jembatan menuju kualitas dan kemajuan.
Dalam tausiyahnya, Kiai Zuhri juga menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan baik, baik dengan Tuhan maupun sesama makhluk.
Bahkan, beliau menyinggung dosa terhadap binatang sebagai bentuk kezaliman yang tak luput dari konsekuensi spiritual. Pesan moral ini memperkaya nuansa tausiyah, membentuk kesadaran bahwa Islam adalah agama yang menyentuh semua aspek kehidupan, dari ibadah hingga kepedulian terhadap hewan.
Tak lupa, beliau mengutip pesan inspiratif dari pendiri Pesantren Sidogiri: “Jika kamu sungguh-sungguh mengajar dan mengabdi di pondok, kamu tidak akan susah.” Sebuah kalimat sederhana yang menjadi cermin untuk evaluasi diri apakah selama ini kita benar-benar mengabdi, atau sekadar bekerja?
Menutup tausiyahnya, Kiai Zuhri mengajak seluruh hadirin untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri sebagai santri.
“Menjadi modern itu penting, tapi jangan kehilangan akar. Jati diri santri adalah pelita yang harus terus dijaga,” tutupnya, disambut anggukan penuh haru dari para jamaah.
Momentum halal bihalal kali ini tidak hanya menyatukan hati yang sempat berjarak, tetapi juga membakar semangat baru dalam pengabdian. Sebuah pengingat bahwa pondok bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi medan perjuangan membentuk manusia seutuhnya dengan ikhlas, disiplin, dan kerja keras sebagai pondasi utama.