Probolinggo, NuansaJatim – Pemerintah Kabupaten Probolinggo menargetkan kenaikan signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor wisata Lereng Bromo pada tahun 2025. Berbagai langkah strategis pun diambil guna menghindari potensi kebocoran PAD.
Kepala Dinas Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Probolinggo, Heri Mulyadi, me menyebutkan, sebelumnya target PAD sebesar Rp 3 miliar, target tahun ini meningkat menjadi Rp 5 miliar. Pada tahun 2024, sektor wisata Lereng Bromo berhasil melampaui target, menghasilkan Rp 3,6 miliar dari target Rp 3 miliar.
Salah satu upaya terbaru adalah pemindahan pos retribusi dari Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, ke Pendopo Agung, Desa Ngadisari.
Heri bahkan turut bermalam selama 4 hari pada libur panjang Isra Mikraj hingga Imlek 2025 demi mengawasi penertiban dan penataan retribusi wisata.
“Kami melakukan penataan dan penertiban loket masuk kawasan Bromo untuk mencegah kebocoran. Pemeriksaan tiket kami maksimalkan agar tidak ada yang mencoba curang,” ujar Heri, Senin (27/1/2025).
Menurutnya, pemeriksaan ketat diperlukan karena masih ada oknum yang mencoba mengelabui petugas. Ia mencontohkan adanya sopir jip yang melaporkan jumlah penumpang lebih sedikit dari yang sebenarnya.
“Kadang sopir bilang tamunya hanya empat, tapi saat diperiksa dengan senter ternyata ada enam penumpang,” ungkapnya.
Langkah penertiban ini diharapkan dapat mengoptimalkan penerimaan PAD, yang nantinya akan dikembalikan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, pemeriksaan ketat ini diakui memicu antrean panjang jip wisata. Heri menyebut hal tersebut wajar, mengingat lonjakan jumlah wisatawan pada libur panjang.
“Antrean tidak hanya terjadi di Probolinggo, tetapi juga di pintu masuk lain kawasan Bromo,” tegasnya.
Di sisi lain, sejumlah pihak meminta agar kebijakan terkait lokasi pos retribusi dikaji ulang. Salah satu sopir jip wisata, Rudi Hartono, menyarankan agar loket dipindah ke Desa Sapikerep atau Sukapura.
“Banyak wisatawan hanya menikmati pemandangan di Sukapura tanpa masuk ke Bromo. Dengan lokasi loket di sini, potensi PAD justru bisa meningkat,” usulnya.
Rudi menambahkan, perubahan lokasi loket dapat memberikan rasa aman bagi penyedia jasa wisata terkait perlindungan asuransi, selain mendorong lebih banyak wisatawan mengunjungi hotel dan restoran di sekitar Sukapura.
Perubahan kebiasaan wisatawan yang kini cenderung mampir singkat ke kawasan Bromo juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan akses tol yang semakin mudah dan kendaraan pribadi, banyak wisatawan memilih untuk menikmati suasana Lereng Bromo tanpa masuk ke kawasan inti.
“Kami berharap ada sinergi antara kebijakan pemerintah dengan kebutuhan masyarakat lokal untuk memaksimalkan potensi wisata Lereng Bromo,” tutup Rudi. (*)