Jamaah Islam Aboge di Probolinggo Rayakan Idul Fitri Lebih Lambat, Begini Alasannya

- Penulis Berita

Selasa, 1 April 2025 - 16:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Probolinggo – Ratusan jamaah Islam Aboge di Desa Leces, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, merayakan Idul Fitri dengan penuh kekhusyukan pada Selasa, 1 April 2025. Berbeda dengan kalender resmi pemerintah, mereka menetapkan hari raya berdasarkan metode perhitungan tradisional yang disebut mujarobah.

Metode Perhitungan Islam Aboge

Islam Aboge, singkatan dari “Alif, Rabo Wage”, memiliki sistem perhitungan sendiri yang telah diwariskan turun-temurun sejak awal tahun Hijriyah. Sesuai kaidah yang mereka gunakan, 1 Syawal 1446 H jatuh pada Selasa Pon, 1 April 2025.
“Dalam perhitungan kami, rumus ‘Waljiro’ (Syawal – Siji – Loro) digunakan untuk menentukan hari raya. Karena 1 Muharram tahun ini jatuh pada Selasa Pahing, maka 1 Syawal jatuh pada Selasa Pon,” ujar Kiyai Buri Mariye, sesepuh jamaah Aboge.

Baca Juga :  Dorong Stabilitas Pangan Jelang Ramadhan, Pemprov dan Pemkab Probolinggo Gencarkan Gerakan Pangan Murah

Sholat Id dan Tradisi Rasulan

Sejak pukul 06.00 WIB, sekitar 100 jamaah berkumpul di Musholla Al-Barokah untuk melaksanakan sholat Id berjamaah. Seusai sholat, mereka melanjutkan dengan tradisi rasulan, yaitu makan bersama sebagai wujud syukur dan mempererat kebersamaan.
“Makan bersama ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga cara kami menjaga silaturahmi antarjamaah,” tutur salah seorang warga.

Baca Juga :  Perayaan Idul Adha Jemaah Aboge di Probolinggo, Tradisi Unik dengan Perhitungan Kalender Kuno

Menjaga Tradisi, Merawat Warisan

Kiyai Buri menegaskan bahwa perbedaan ini hanya sebatas metode penentuan kalender, bukan ajaran.
“Hanya perhitungannya saja yang berbeda, kami tetap berpegang pada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Ini adalah cara kami meneruskan warisan perhitungan Aboge kepada generasi berikutnya,” jelasnya.
Dengan tetap mempertahankan tradisi ini, jamaah Islam Aboge di Probolinggo terus menjaga kearifan lokal dan kekayaan budaya Islam Nusantara. Tradisi ini bukan sekadar warisan, tetapi juga bentuk identitas yang terus dijaga hingga kini. (*)

Baca Juga :  Tradisi Petolekoran: Ribuan Warga Gili Ketapang Serbu Kota Probolinggo untuk Belanja Lebaran
Follow WhatsApp Channel nuansajatim.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Fraksi PPP Soroti Transparansi Keuangan Daerah Probolinggo: Dana Mengendap, Modal BUMD Dipertanyakan
DPRD Kabupaten Probolinggo Bahas Pandangan Umum Fraksi terhadap LPj APBD 2024
Keluarga Korban Miras Maut Temenggungan Ajukan Otopsi ke Polres Probolinggo
Dua Tewas Tergencet di Antara Truk Pasir, Kecelakaan Tragis Terjadi di Jalur Tambang Lumajang
Tanpa Euforia Berlebihan, SMPN 1 Probolinggo Rayakan Kelulusan dengan Tasyakuran Bermakna
Jalan Utama ke Bromo Amblas, Warga Bergerak Setelah Dua Nyawa Melayang
Ditinggal Tiga Petinju Masuk TNI, Probolinggo Tetap Tancap Gas di Porprov
Tanpa Tiga Andalan, Tinju Probolinggo Siap Bertarung di Porprov Jatim 2025

Berita Terkait

Selasa, 3 Juni 2025 - 10:07 WIB

Fraksi PPP Soroti Transparansi Keuangan Daerah Probolinggo: Dana Mengendap, Modal BUMD Dipertanyakan

Senin, 2 Juni 2025 - 23:32 WIB

DPRD Kabupaten Probolinggo Bahas Pandangan Umum Fraksi terhadap LPj APBD 2024

Senin, 2 Juni 2025 - 21:29 WIB

Keluarga Korban Miras Maut Temenggungan Ajukan Otopsi ke Polres Probolinggo

Senin, 2 Juni 2025 - 19:41 WIB

Dua Tewas Tergencet di Antara Truk Pasir, Kecelakaan Tragis Terjadi di Jalur Tambang Lumajang

Senin, 2 Juni 2025 - 19:05 WIB

Tanpa Euforia Berlebihan, SMPN 1 Probolinggo Rayakan Kelulusan dengan Tasyakuran Bermakna

Berita Terbaru