Probolinggo – Pagi di Desa Krobungan, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, menyapa dengan kabut tipis yang menggantung di antara pepohonan. Suara gemuruh air mengiringi langkah menuju lembah, menuntun pengunjung ke sebuah permata alam yang baru dibuka untuk publik: Air Terjun Bidadari Kayangan.
Bukan sekadar destinasi wisata alam biasa, air terjun ini kini menjadi lokasi petualangan ekstrem canyoning—sebuah aktivitas yang menggabungkan teknik panjat tebing, rappelling, dan eksplorasi sungai. Sensasi menuruni tebing basah dengan tali kini bisa dinikmati di jantung kawasan Argopuro.
Dibuka untuk Umum, Didesain untuk Petualangan
Sabtu (26/4/2025) menjadi tonggak awal pemanfaatan Air Terjun Bidadari Kayangan sebagai wisata canyoning. Peresmian ini merupakan hasil sinergi antara Pemerintah Desa Krobungan, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Probolinggo, dan komunitas pecinta alam Jack Outdoor.
“Kami melihat formasi batu dan debit air di sini sangat ideal untuk canyoning. Selain aman, juga menyuguhkan tantangan yang lengkap,” jelas Jacky Wicaksono, pendiri Jack Outdoor, yang turut merancang jalur canyoning di lokasi tersebut.
Rute yang ditawarkan bervariasi—mulai dari tebing landai hingga lereng curam setinggi 10 meter. Semua medan telah dipetakan dan ditata oleh instruktur profesional, dengan prosedur keamanan berstandar tinggi. Helm, harness, tali statis, dan sesi pelatihan disiapkan untuk memastikan keselamatan peserta.
Dari Rasa Takut Menjadi Euforia
Bagi sebagian peserta, pengalaman pertama canyoning bisa menjadi ujian mental. Shinta (27), wisatawan dari Pasuruan, menjadi salah satu contoh.
“Awalnya saya takut sekali. Tapi begitu tubuh mulai meluncur, rasa takut berubah jadi kepuasan luar biasa. Ini pengalaman yang enggak terlupakan,” katanya, usai menyelesaikan rute pertama.
Aktivitas canyoning di Bidadari Kayangan bukan hanya menantang fisik, tetapi juga memberi ruang untuk refleksi diri. Suara air, udara pegunungan, dan sensasi menjelajahi ruang liar menjadi paket utuh yang jarang ditemukan dalam wisata konvensional.
Menyimpan Legenda, Membuka Harapan
Air Terjun Bidadari Kayangan tak sekadar menyuguhkan panorama dan petualangan. Di balik tirai airnya tersimpan cerita rakyat yang menjadi identitas warga.
“Dulu, konon katanya, tempat ini jadi lokasi mandi para bidadari dari kayangan. Makanya dinamakan begitu,” tutur Husni Mubarok, Kepala Desa Krobungan.
Dengan dibukanya destinasi canyoning ini, Husni berharap desa yang berada di lereng Argopuro ini bisa menjadi contoh pengembangan wisata berbasis alam dan komunitas.
Selain canyoning, pengunjung juga bisa menikmati area camping ground yang cukup luas. Dari ketinggian bukit, panorama hijau dan udara segar Krucil menawarkan ketenangan yang sulit ditemukan di perkotaan.
Wisata Petualangan yang Tumbuh dari Desa
Tren wisata berbasis petualangan semakin diminati wisatawan, khususnya generasi muda. Aktivitas seperti canyoning memberikan pengalaman yang imersif dan mendalam, jauh dari hiruk-pikuk wisata massal.
Air Terjun Bidadari Kayangan menjadi contoh nyata bagaimana desa dengan potensi alam yang terjaga bisa tumbuh sebagai destinasi wisata nasional tanpa harus kehilangan identitas lokalnya. Kunci utamanya adalah kolaborasi, pelibatan masyarakat, dan pemanfaatan potensi alam secara bertanggung jawab.
Kini, di balik gemuruh air dan dinding batu yang menjulang, kisah baru mulai ditulis—kisah keberanian, eksplorasi, dan cinta pada alam. Bagi mereka yang mencari pengalaman berbeda, Bidadari Kayangan bukan hanya tujuan, melainkan awal dari sebuah petualangan.